Sistem
informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh
tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Parturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem
informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang
kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem
laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes
mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan
dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art
teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi
informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang
disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi
Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System)
di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang
pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya
adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar
negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa
rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun,
tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan
hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan
dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi
perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi
faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success
factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan
menyeluruh.
Perkembangan
dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam
suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.
Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak
terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Dalam
era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan
lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang
piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi
lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan
murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat
dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus
terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya,
solusi apapun teknologi yang kita
pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit,
sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat
akan
melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan
dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin
cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa
layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan
layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi
terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola
dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah
tepat jika rumah sakit menggunakan sisi
kemajuan
komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu
penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.
Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yan ditandai dengan
penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat berperilaku sehat, dan
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermut yang disediakan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat sendiri, sert ditandainya adanya peran serta masyarakat dan
berbagai sektor pemerinta dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai
visi dan misi yang tela ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan
telah dibangu sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten
da seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehata
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaia visi dan
misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang
yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar d desa dan kecamatan
sampai ke tingkat nasional.
Jaringan
sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informas yang saling
mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui difahami,
diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departeme Kesehatan telah
membangun sistem informasi kesehatan yang disebu SIKNAS yang melingkupi sistem
jaringan informasi kesehatan mulai dar kabupaten sampai ke pusat. Namun
demikian dengan keterbatasa sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya
sistem informas kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan
(antar program da antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan
sistem jaringa informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Sistem informasi yang
ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing
program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga
bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2.
Terbatasnya perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk
itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya
kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan
sistem informasi
4. Masih
belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5. Belum
adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga
seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan
menjadi pengelola sistem informasi.
Konsep-konsep
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem
informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer).
Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem
komputerisasi
Pada
dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer
Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan
sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting
yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam
sistem informasi suatu organisasi adalah :
a.
Pengambilan keputusan yang tidak
dilandasi dengan informasi.
b.
Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c.
Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan
oleh manajemen.
d.
Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e.
Terlalu banyak informasi.
f.
Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g.
Adanya duplikasi data (data redundancy).
h.
Adanya data yang cara pemanfaatannya
tidak fleksibel.
2. Sistem
informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika sistem
informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan
organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem
informasi tidak pernah berhenti.
3.
Sistem informasi sebagai suatu sistem
harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti
lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang
baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya
umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a.
Perkembangan organisasi tersebut
Makin
cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan
berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan
sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b.
Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan
teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat
lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa
berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1)
Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan
perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat
keras.
2)
Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan
versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak,
melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru
dari perangkat keras yang juga telah berkembang.
Meskipun
pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak
tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau
dilihat dari sisi
efektivitasnya,
maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat
perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para
pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah: 1) Dalam
melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat. 2) Harus selalu siap
untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukungnya, apabila diperlukan.
3)
Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.
Arah
perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah
sebagai berikut:
1) Perkembangan
perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras:
a)
Peningkatan kecepatan. b) Peningkatan kemampuan. c) Penurunan harga.
d)
Turn over alat yang semakin cepat.
Perkembangan
perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang
digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola
terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing
power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi
sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna
(client), desain ini disebut sebagai client-server achitecture.
2) Kecenderungan
perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database),
juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada
server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat
lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola
sistem basis data (database management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak
front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual
berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka
(interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c.
Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi. Sistem
informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan
tingkat kemampuan dari
para pemakai, baik dari sisi :
1)
Tingkat pemahaman mengenai teknologi
informasi,
2)
Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3)
Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
sistem.
Dari
sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang
melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat
bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta
pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam
pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling
serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.
4.
Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri.
Sistem
informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika
dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi.
Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi
menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang
cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar
sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak
untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem
informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan
secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang
terotomatisasi
(aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan
dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja,
tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa
aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah
satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan
perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna
sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek
manualnya.
5. Keberhasilan
pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut. Strategi yang dipilih untuk melakukan
pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang
cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan
pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan
Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam
pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan yang
sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem
informasi
siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi
perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam
melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab
kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan
Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan
secara menyeluruh (holistik).
Pada
banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan
pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan,
karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang
ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung
jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam
organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke
dalam unit-unit struktural yang
ada
di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan
organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi
seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa
dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan
dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya
desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam
melakukan intergrasi sistem.
7.
Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam
konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu
organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal
dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif
(competitive advantage), karena keberadaan informasi tersebut:
a.
Menentukan
kelancaran dan kualitas proses kerja,
b.
Menjadi
ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c.
Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi
tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
8.
Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah
dipahami.
Dalam
semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem
dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran
sistem informasi yang cukup luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran
sering digunakan istilah sebagai berikut:
a.
Sistem
b.
Subsistem
c.
Modul
d.
Submodul
e.
Aplikasi
Masing-masing
subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri
dari beberapa submodul dan masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa
aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat
memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak
perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi
dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai
tingkatan aplikasi.
C.
Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem
informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi
kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan
itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem informasi
rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem
informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
Sumber:
-Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.
-Kepmenpan No.81/1993 Tentang Pelayanan Kesehatan